Gunung Bromo, dengan lanskap vulkaniknya yang ikonik dan matahari terbitnya yang memukau, bukan hanya sekadar destinasi wisata alam yang populer. Di balik keindahannya yang memukau, tersembunyi sejarah geologis dan budaya yang panjang dan kaya. Kisah Bromo terjalin erat dengan mitos, kepercayaan lokal, dan letusan dahsyat yang membentuknya hingga menjadi seperti saat ini.
Secara geologis, Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif termuda di dalam kaldera Tengger yang luas. Kaldera ini terbentuk akibat letusan dahsyat gunung purba Tengger ribuan tahun yang lalu. Setelah letusan besar tersebut, muncul beberapa kerucut vulkanik baru di dalamnya, salah satunya adalah Gunung Bromo. Aktivitas vulkanik Bromo yang terus-menerus membentuk lanskap unik berupa lautan pasir (Segara Wedi), kawah yang menganga, dan asap belerang yang mengepul.
Nama “Bromo” sendiri berasal dari nama dewa Brahma, salah satu dewa utama dalam agama Hindu. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh Hindu di Jawa Timur pada masa lampau. Bagi masyarakat Tengger yang mendiami kawasan sekitar Bromo, gunung ini dianggap suci dan diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Setiap tahun, mereka menggelar upacara Yadnya Kasada, melarungkan sesajen ke kawah Bromo sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad, menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas masyarakat Tengger.
Catatan sejarah mengenai aktivitas vulkanik Bromo cukup banyak. Letusan-letusan kecil maupun besar tercatat pernah terjadi, membentuk kawah dan lanskap di sekitarnya. Salah satu letusan terbesar yang terdokumentasi terjadi pada tahun 1974, yang menyebabkan perubahan signifikan pada bentuk kawah. Meskipun aktivitas vulkaniknya terkadang menimbulkan ancaman, kesuburan tanah di sekitar Bromo juga menjadi berkah bagi pertanian masyarakat setempat.
Seiring berjalannya waktu, keindahan alam Bromo mulai dikenal luas. Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini mulai menarik perhatian para ilmuwan dan wisatawan. Jalan-jalan setapak dan penginapan sederhana mulai dibangun untuk memfasilitasi kunjungan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bromo semakin populer sebagai destinasi wisata alam domestik maupun internasional.